Penerapannya, sumber daya yang tersedia, dan anggaran semuanya memengaruhi teknologi penyimpanan energi mana yang ideal. Berikut ini adalah beberapa yang lebih populerpenyimpanan energisolusi:
Baterai litium-ion banyak digunakan dalam aplikasi penyimpanan energi skala besar dan kecil. Mereka memiliki siklus hidup yang panjang, kepadatan energi yang tinggi, dan waktu pengisian yang cepat. Untuk baterai EV, penyeimbangan beban, dan daya cadangan, baterai lithium-ion sering digunakan.
Baterai Aliran: Dengan hanya menambahkan tangki bahan kimia tambahan, seseorang dapat meningkatkan jumlah energi yang disimpan dalam baterai aliran. Karena mereka dapat menyimpan energi untuk jangka waktu yang lama dan melepaskannya pada tingkat yang terkendali, mereka sering digunakan untuk penyimpanan energi jaringan.
Penyimpanan hidro yang dipompa: Teknik ini mengubah kelebihan energi menjadi energi yang tersimpan dengan memompa air dari reservoir yang lebih rendah ke reservoir yang lebih tinggi. Air mengalir melalui poros untuk menggerakkan turbin, yang menghasilkan listrik selama periode permintaan tinggi.
Penyimpanan Energi Udara Terkompresi (CAES): Dengan mengompresi udara ke dalam tangki atau gua bawah tanah dengan energi berlebih, sistem penyimpanan energi udara terkompresi menghasilkan energi yang tersimpan. Udara bertekanan dilepaskan dan digunakan untuk menghasilkan tenaga selama periode permintaan tinggi.
Penyimpanan Energi Termal: Ketika energi ekstra tersedia, energi tersebut dapat digunakan untuk memanaskan atau mendinginkan media penyimpanan, seperti garam cair atau air, yang selanjutnya dapat digunakan untuk menghasilkan listrik bila diperlukan.
Yang optimalsistem penyimpanan energipada akhirnya bergantung pada sejumlah variabel, termasuk kapasitas yang dibutuhkan, sumber daya yang tersedia, dan aplikasi tertentu. Untuk beberapa aplikasi, kombinasi berbagai perangkat penyimpanan energi bisa menjadi pilihan optimal.
